Kamis, 05 Januari 2012

chapter 1


“bagaimana ini hyun, kamu harus segera syuting ?!”, dengan nada cemas
“tapi di luar sedang ada badai salju, jadi tak mungkin kalau perjalanan di tempuh dengan mobil?!”
“tak adakah cara lain?!”
“ada, tapi sepertinya sangat beresiko?”
“apa?”
“hyun joong berangkat syuting dengan kereta api bawah tanah?”
“baiklah kalau begitu aku naik kereta api bawah tanah saja”
“kau yakin hyun?!”
“sudahlah, jangan khawatir, aku berangkat”
“hyun tunggu, bagaiman jika para fansmu menyadari kehadiranmu?!
“ hyun . . hyun . . hyun joong . . .”
###
“maaf yah sayang mama dan papa tidak bisa mengantarmu jadi berangkat sendiri yah, uang dan tiket keretanya sudah kami siapkan di atas tempat tidur, nanti kalau sudah sampai langsung hubungi kami yah agar kami tidak khawatir?!”
“bagaimana mama ini, kenapa tiba – tiba tak bisa mengantarkanku begini?”
“mama dan papa ada urusan yang sangat penting, ada diskon 90% untuk barang – barang elektronik di toko ujung jalan, kami tak mungkin melewatkan kejadian langka ini, hati – hati di jalan yah sayang, doakankami juga agar dapat membeli banyak barang yang bagus, bye . . bye . . ?!”
“halo, halo . . mama ?!”
“aishh . . bagaimana mama iniketerlaluan sekali, kenapa telfonnya langsung di matikan begini, kalau memang khawatir dengan keadaanku kenapa tidak mengantarkanku sampai tempat tujuan dasar mereka itu,ahhgg . . mengapa lebih mementingkan diskon dari pada anaknya sendiri ?!”
###
20 Desemeber 2011, 15.38. Dalam dinginnya hujan salju di sebuah stasiun kecil pinggiran kota setelah menempuh perjalanan jauh menggunakan kereta api bawah tanah. Aku berjalan santai menuju pintu keluar untuk melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan aku menghentikan langkahku karena ku dengar operator memberikan informasi bahwa hujan salju telah berevolusi menjadi badai salju yang cukup menggila di luar sana. Akhirnya Ku putuskan untuk duduk menghadap ke jendela yang tampak buram oleh dinginnya temperatur musim dingin, ku pasang headset di telingaku untuk mendengarkan sebuah lagu pembunuh sepi. Dalam diam aku memainkan bola mataku ke kanan dan ke kiri mengamati ramainya stasiun kecil ini, melihat orang – orang yang berlalu – lalang yang sedang sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang sedang mengobrol begitu serius hingga tertawa terbahak bahak. Di sudut satasiun ada barisa orang – orang yang sedang duduk tertidur dalam balutan dinginnya musim yang mencapai minus 10 ini. Tiba – tiba mataku tertuju pada seorang laki – laki yang memakai Jaket kulit warna hitam, topi casual warna coklat, kaca mata hitam dan masker warna putih. Kulihat dia berjalan pelan, mondar – mandir seperti setrika, entah sedang mencari apa atau bingung mau kemana. Benar – benar lelaki aneh yang lucu.
Sepertinya aku mulai bosan menunggu badai salju yang tak kunjung selesai, ku naikkan volume musikku, ku mainkan lagu Avenged yang berjudul a little piece of heaven. Ku goyangkan badanku ke kanan ke kiri, ke depan dan ke belakang mengikuti irama lagu. Ku rasakan tubuhku semakin dingin, ku lihat jam tangan hitam yang ku kenakan. 17.48. sejak dari tadi siang perutku tak terisi oleh makanan apapun. Ku rasakan cacing di perut sudah mulai berdemo. Tapi di sore yang dingin ini aku benar – benar sedang tak nafsu makan. Ku lihat sebuah mensin coffee yang tak jauh dari tempat dudukku. Ku hampiri mesin itu dan memasukkan uang kedalam mesin dan ku pencet – pencet tombolnya. Coffee panas pun siap tuk dinikmati, ku sruput sedikit demi sedikit coffee panas itu untuk pengganjal perut. Di samping mesin coffee tersebut aku melihat laki – laki aneh tadi bersandar di dinding seperti cicak sambil sibuk memainkan jemarinya pada sebuah handphone berwarna silver entah siapa yang sedang ia hubungi.
Saat aku sedang memperhatikannya,Tiba – tiba saja ia bersin dengan sedikit keras. Setelah bersin ku lihat maskernya sedikit basah. Dengan spontan aku berkata “Iiiuuhh, itu ingus atau air ludah?”. Mendengar perkataanku dia kaget, sontak dia langsung mengusap – usap mulut dan hidungnya kemudian melepas maskernya. Saat dia melepas maskernya ku lihat sebuah wajah yang familiar, benar – benar tak asing bagiku.
“hyun joong”
“kim hyun joong yah ?”
Dia kaget saat aku sebut nama itu, dengan gopoh ia segera berlari menjauh pergi dari keramaian. Namun terlambat sepertinya volume suaraku terlalu keras karena efek tingginya volume music yang ku dengarkan. Ku lihat orang – orang di sekitarku, semuanya melihat kearah kita. Menyadari itu hyun joong langsung berlari ke arah pintu keluar yang berada tak jauh di belakangku. Melihat hyun joong lari tanpa piker panjang aku pun ikut lari membuntutinya. Dan para fans pun tak mau kalah, mereka ikut berlari mengejar hyun joong. Terjadi kejadian kejar – kejaran yang cukup seru di sana antara hyun joong yang ingin menghindari fansnya, aku yang mengejar hyun joong serta fans hyun joong yang menginginkan hyun joong. Satasiun kecil itu terlihat begitu ramai karena teriakan histeris para fans hyun joong. Semua mata terpana pada kejadian ini. Hingga akhirnya aku dan kim joong berlari keluar stasiun dan membelah badai salju dengan kecepatan lari kita.
Saat berlari aku mencobah menoleh ke belakang sebentar, para fans hyun joong sudah tak terlihat. Mungkin karena badai yang cukup hebat ini membuat jarak pandang berkurang jadi para fans kehilangan jejak kami. Ku lihat hyun joong terus berlari mengikuti bentuk jalan, saat berlari ia terlihat begitu keren seperti di drama seri yang biasa ia bintangi, saat itu rasanya otakku sedang piknik ke suatu tempat dan meninggalkan kepalaku karena aku tak bisa berfikir apa pun. Yang ku tahu hanyalah berlari mengikuti hyun joong. Saat tiba di persimpangan jalan, hyun joong memperlambat langkahnya sepertinya ia bingung mau berlari ke arah mana, di sanalah aku mempercepat langkahku dan meraih tangan hyun joong.
“hyun joong, para fansmu sudah tak mengikuti kita lagi, berhentilah berlari?!”
Hyun joong melihat ke belakang, setelah memastikan tak ada yang mengikutinya dia melangkahkan kakinya pada sebuah toko kecil di persimpangan jalan. Ku tarik lengannya.
“mau kemana, mau ke toko, nanti ada orang yang mengenalimu!”
Sepertinya Hyun joong tak mendengarkan kata – kataku dia tetap masuk ke dalam toko itu. Aku pun ikut masuk ke dalam toko. Toko kecil yang menjual makanan ringan itu sepertinya sepi pembeli karena badai salju yang tak kunjung berhenti. Di dalam toko, ku lihat kim joong menyembunyikan wajahnya di balik kerah jaketnya. Si pemilik toko adalah perempuan tua yang sanangat ramah, suaranya terdengar begitu bersahabat, dagunya terdapat belahan yang menambah cantik wajahnya. Kesahajaan tergambang jelas di wajahnya, bahkan tebalnya kacamata yang ia kenakan tak dapat menutupi kelembutan sinar matanya.
“nek, kami berdua boleh numpang berteduh sebentar di sini yah, badai salju di luar begitu hebat”
“iyah nak, silahkan, anggap saja rumah sendiri, di sana ada kursi, duduklah dan buat tubuh kalian senyaman mungkin”
“terima kasih nek”
Ku langkahkan kaki ku menuju kursi yang di maksud oleh si nenek, baru beberapa langkah aku berjalan, aku tersadar bahwa hyun joong tak mengikuti langkahku, ku menoleh ke belakang. Dia tetap berdiri tegap di depan sang neneksambil bertanya tentang daerah sekitar. Aku hentikan langkah kakiku dan menatapnya dalam – dalam, ganteng sekali dia. Hyun joong tersadar bahwa aku sedang memandanginya. Tapi reaksinya tak sesuai dengan harapanku. Saat dia tahu aku memandanginya, ia langsung memalingkan tubuhnya, membelakangiku. Entah apa yang sedang aku pikirkan saat itu, aku malah berjalan menghampirinya dan menarik lengannya, mengajaknya untuk duduk bersamaku. Lagi – lagi ia memberikan respon yang mengecewakan. Ia tarik lengannya dari jemariku dan berjalan menjauhiku. Ia bersandar di sebuah tembok dekat toilet dan mengambil handphone dari saku jaketnya, sepertinya ia sedang mencoba member tahutentang keadaannya sekarang pada managernya, sedangkan aku duduk di dekat pintu masuk diam mematung dalam dingin.
Di dalam toko kecil itu kami saling diam. Ku hanya berani memandanginya dari jauh dan takut mengajaknya berbicara. Lama kita menunggu badai berhenti, perutku berbunyi makin keras tanda keanarkisan cacing yang sedang demo dalam perut menuntut hak mereka untuk di beri makan. Sekitar dua jam kemudian, saat jam dinding toko menunjukkan pukul 19.36, si nenek pemilik toko memberitahu kami bahwa badai telah berhenti. Ku lihat ke luar lewat pintu toko yang terbuat dari kaca. Badai benar – benar telah berhenti. Butiran putih dari langit berganti dengan pancaran centil sinar lampu jalanan. Dari ujung jalan ku lihat segerombolan gadis ABG sedang menyisir jalan, sepertinya mereka sedang mencari sesuatu. Mereka berteriak memanggil seseorang. Ku pasang telingaku baik – baik tuk mendengarkan suara mereka “oppa, kim joong. Aku tersadar dan langsung berteriak pada hyun joong.
“ada fans kamu di luar, mereka menyisir jalan dan meneriakkan namamu, sepertinya mereka sedang mencari kamu?!”
Kim joong melihat keluar lewat pintu kaca tersebut. Sepertinya ia panic.dengan segera Ia merapikan kerah bajunya agar menutupi wajahnya. Menurutku itu tidak efektif, mereka yang diluar itu bukan nenek – nenek yang dapat di kibuli dengan mudah. Mereka fans berat hyun joong yang yang paham betul tiap detil bentuk dan rupa tubuh serta wajah hyun joong, mereka segerombolan fans berat yang rela menyisir jalan saat badai baru saja berhenti. Saat kim joong ingin keluar dari toko, lagi – lagi aku harus menariknya, namun kali ini bukan lengannya yang ku tarik tapi jaketnya.
“hyun, lebih baik kamu memakai maskermu yang tadi, jangan kamu sembunyikan wajahmu dengan kerah jaketmu karena menurutku itu percuma, mereka akan tahu itu kamu”
Namun lagi – lagi hyun joong tak mau mendengarkan kata – kataku, ia tetap melangkah pergi tanpa memakai masker. Saat ia keluar dari toko, seperti dugaanku para fans tahu kalau itu dia. Mengetahui bahwa ia menemukan sosok idolanya, para fans langsung berteriak histeris dan buru – buru mengejarnya dengan semangat yang menggebu – nggebu seperti seorang prajurit yang siap bertempur. Buatku itu terlihat dan terdengar begitu mengerikan. Menyadari itu Hyun joong langsung berlari pergi, masuk ke sebuah gang kecil di sebelah kiri toko kecil ini, tak lama kemudian aku segera menyusul di belakangnya dan beberapa langkah di belakangku ada puluhan fans berat hyun joong begitu antusias untuk mengejarnya. Sekali lagi adegan kejar – mengejar terjadi. Kali ini sepertinya akan lebih seru lagi karena tempat kita main kucing – kucingan ini adalah gang kecil yang sempit, yang tanagnya di penuhi oleh salju serta penerangan yang buruk. Akankah hyun joong bisa melarikan diri dari fansnya dan menyelamatkan hidupnya dari antusiasme fans beratnya?!